Headlines News:
Home » » Balinese Carving /Ukiran Bali

Balinese Carving /Ukiran Bali

Editor By Hidayanti on Senin, 22 Agustus 2011 | 06.31

Masyarakat Bali sangat identik akan unsur Budaya. Salah satu unsur Budaya Bali yang dikenal masyarakat adalah Seni Ukir, keberadaan Seni Ukir Bali yang berkembang dalam kehidupan Masyarakat Bali sangatlah pesat ditandai dengan banyaknya bangunan-bangunan rumah yang bermotifkan gaya Ukiran Bali, dan karya-karya Seni yang lain dalam bentuk ukiran. Seiring dengan perkembangannya, masyarakat kurang mengerti dan memahami baik tentang jenis, penempatan, serta yang paling penting adalah cara pembuatan dari Seni Ukiran tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kurang adanya pengetahuan dan referensi akan Seni Ukir Bali.

Ukiran Bali terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1) Pepatran, yang merupakan jenis ukiran yang bermotifkan dari dedaunan (Patra) dan memiliki hiasan bermotif bunga-bungaan. Misalnya Patra Sari ditempatkan pada bidang yang sempit seperti tiang-tiang dan blandar, patra lainnya adalah patra pid-pid, patra samblung, patra pal, patra ganggong, patra sulur dan lain-lain.Jenis ragam hias ini berwujud gubahan-gubahan keindahan hiasan dalam patern-patern yang juga disebut patra. Ide dasar pepatran banyak diambil dari bentuk-bentuk keindahan flora. Keindahan flora diambil sedemikian rupa sehingga jalur daun, bunga, putik dan ranting dibuat berulang-ulang. Masing-masing pepatra memiliki identitas yang kuat dalam penampilannya, sehingga mudah diketahui, seperti: Patra Punggel yang ide dasarnya diambil dari potongan tumbuh-tumbuhan menjalar, terutamanya ujung daun paku yang masih muda. Punggel berarti potongan. Jenis pepatran yang lain adalah Patra Cina. Karena namanya, kehadiran dari patra ini diyakini oleh masyarakat Bali sebagai pengaruh dari kebudayaan Cina. Patra Cina merupakan stiliran dari tumbuhan kembang sapatu yang dalam pengolahan batang, daun dan bunganya dibuat dengan garis tegas sehingga mencerminkan pola yang konstruktif. Patra Samblung ide dasarnya diambil dari tanaman Samblung, yakni tanaman menjalar dengan daun-daun yang lebar. Dalam pepatran tanaman samblung ini dibuat berupa tanaman yang ujung-ujungnya menjalar dan melengkung harmonis. Dalam bangunan tradisional Bali jenis pepatran ini menempati bidang-bidang yang panjang karena polanya yang berulang dan memanjang.

2) Kekarangan, yang merupakan bentuk ukiran yang bermotifkan dari bentuk-bentuk makluk binatang yang biasanya ditonjolkan pada bagian kepala.  Menampilkan suatu bentuk hiasan dengan suatu karangan yang berusaha mendekati bentukbentuk flora yang ada dengan penekanan bagian-bagian keindahan. Seperti jenis keketusan atau pun pepatran, jenis kekarangan sangat banyak ditemukan dalam ragam hias tradisional Bali, seperti: Karang Simbar merupakan hisan yang menyerupai atau mendekati tumbuh-tumbuhan yang mirip tanduk menjangan dengan daun terurai menjalar kebawah; Karang Bunga adalah jenis ragam hias yang berbentuk bunga dengan kelopak dan seberkas daun. Disamping bentuk flora, ide dasar bentuk kekarangan juga bersumber dari bentuk binatang atau jenis fauna yang dikarang keindahannya, seperti: Karang Guak adalah stiliran dari kepala burung tanpa rahang bawah, dan dari mulutnya keluar tumbuh-tumbuhan sejenis pidpid dan simbar; Karang Gajah disebut juga Karang Asti merupakan stiliran dari binatang gajah; Karang Bentulu adah kombinasi dari kepala burung yang bermata satu tanpa hidung dan tanpa rahang bawah. Kekarangan yang lainnya seperti: Karang Tapel, Karang Sae, Karang Boma dan lain sebagainya. Dalam arsitektur rumah tinggal tradisional Bali kekarangan umumnya menempati bidang-bidang tonjolan terutama di sudut-sudut. Penempatan jenis kekarangan dalam arsitektur rumah tinggal tradisional Bali tetap memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang logis, seperti: Karang Guak, karena burung diasosiasikan bersayap maka hidupnnya selalu di alam atas, maka letaknya pada bangunan selalu di bagian atas. Demikian pula dengan Karang Gajah yang letaknya selalu di bawah (bebaturan rumah), karena gajah dianggap memiliki kekuatan yang sangat tinggi, sehingga ia akan dapat menopang beban bangunan yang dimaksud.


3) Keketusan, mengambil bagian terpenting dari suatu tumbuh-tumbuhan yang dipolakan berulang dengan pengolahan untuk memperindah penonjolannya. Keketusan dalam ragam hias tradisional sangat banyak jenisnnya, seperti: keketusan wangga yang menggambarkan bunga-bunga besar yang mekar dari jenis tanaman yang berdaun lebar; keketusan bungan tuwung adalah hisan berpola bunga terung dalam bentuk liku-liku segi banyak berulang atau bertumpuk menyerupai bunga terung; keketusan bun-bunan adalah hiasan berpola tumbuh-tumbuhan jalar atau jalar bersulur. Keketusan lainnya seperti:mas-masan, kakul-kakulan, batun timun, pae, ganggong, dan lain sebagainya.


4) Ukiran Patung, jenis ukiran ini mengambil bentuk manusia seutuhnya ataupun bentuk wayang yang ditekankan pada busana dengan hiasan pepatran atau kekarangan.

5) Ukiran Relief adalah ukiran timbul yang menghiasi bangunan dan biasanya mengandung pesan cerita. Ukiran relief biasanya ceritanya mengambil tema tertentu. Misalnya cerita jaka tarub dan tujuh bidadari, cerita arjuna bertapa yang digoda tujuh bidadari, cerita arjuna perang tanding melawan raden karna, dan lain-lain.
 
Refrensi:
http://www.isi-dps.ac.id/berita/keketusan-pepatraan-dan-kekarangan
http://m4ngaditrex.blogspot.com/2008/06/sistem-informasi-seni-ukir-bali.html
Advertise 336x280

Leony LiTentang Saya
Saya hanya seorang blogger biasa yang ingin berbagi dengan Anda menurut pengalaman saya. Silahkan ikuti Media Social saya ya.
Ikuti : | +Google | Facebook | Twitter

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Breaking News close button
Back to top

3 komentar

trims artikelnya brow...ssaya tunggu artikel berikutnya....

sip masbro referensinya, thanks!

ijin copy artikel ini yah :) makasih banyak, susah banget cari artikel tentang ukiran Bali
Makasih

Bagaimana Pendapat Anda?
 
Copyright © 2014. Huhuhuhu - All Rights Reserved | Template By Maskolis and Panjz Online | Modifikasi By TutorNesia | Proudly powered by Blogger